KEBAYA WANITA SEBAGAI PENDIDIKAN BAGI KARTINI MUDA.
[SURABAYA}— Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar nomor empat terbanyak didunia. Jumlah penduduk ini sendiri dilansir oleh CIA World Factbook 2004 yang telah mencapai berkisar 255juta jiwa. Setengah dari jumlah penduduk Indonesia merupakan seorang wanita, fakta tersebut diperkuat oleh data BPS 2015 dimana sex ratio menunjukan bahwa setiap 100 jiwa wanita akan berbanding dengan 101 jiwa pria . Hal ini menunjukan bahwa begitu besarnya potensi wanita dalam mengawal kemajuan bangsa dan negara tercinta, Indonesia.
“Berbicara mengenai potensi wanita dalam ikut sertanya dalam membangun bangsa ini, merupakan hal yang tidak mudah untuk turut mengembangkan peradaban bangsa. Sebab, pembahasan wanita merupakan salah satu hal mendasar dalam kehidupan manusia di muka bumi. Makhluk yang tuhan berikan kodrat sebagai wanita memiliki banyak sekali peran, beberapa diantaranya sebagai seorang anak perempuan, sebagai seorang ibu dan bahkan sebagai seorang istri yang memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Hal tersebut tercermin pada peran seorang wanita dalam memberi kehidupan dan harapan baru bagi negara.
“Wanita berperan penuh dalam meneruskan generasi muda di era apapun dan di daerah manapun. Wanita berperan sangat sentral dalam mendidik generasi selanjutnya. Wanita merupakan sebuah sekolah pertama bagi anak cucu bangsa. Wanita berperan sebagai salah satu tulang punggung keluarga demi membantu suami mencari nafkah. Betapa banyak sekali peran yang bisa dilakukan oleh seorang wanita dewasa ini.
Peran wanita-wanita Indonesia tidaklah lepas oleh peran seorang wanita yang terlahir pada tanggal 21 April 1879 yaitu Raden Adjeng Kartini. Beliau adalah salah seorang yang sangat dikagumi oleh bangsa ini. Sosok wanita yang selalu memberikan harapan dengan ilmu dan dedikasinya terhadap setiap wanita disaat masa gelap sedang melanda Indonesia. Harapan dan dedikasinya yang hidup pada hati wanita Indonesia inilah yang menjadikan wanita-wanita Indonesia menjadi seorang kartini-kartini baru di era millennial. Seorang kartini yang berilmu dan berdedikasi tinggi dalam menjawab permasalahan zaman.
“Untuk menjadikan seorang wanita dengan kepribadian kartini di era modern ini tidaklah mudah. Dibutuhkan banyak aspek yang turut serta dalam membentuk karakter seorang wanita kartini salah satunya adalah pendidikan bagi wanita. Isu pendidikan di era modern ini memang sedang hangat diperbincangkan, bagaimana tidak hal tersebut disebabkan karena pendidikan salah satu penyokong kualitas manusia sehingga dapat membentuk pola pikir generasi yang solutif dan aspiratif. Mengingat pendidikan merupakan salah satu cara untuk merubah pola pikir manusia dari yang buruk menjadi baik dan baik menjadi lebih baik oleh sebab itu pendidikan sangat dibutuhkan oleh kaum wanita.
“Menurut Subadio dan Ihromi pendidikan bagi kaum wanita tidaklah langsung terimplementasi seperti sebagaimana pendidikan yang digunakan oleh seorang lelaki, namun pendidikan wanita lebih mengarah pada pendidikan terhadap bangsa itu sendiri, yang mana artinya pendidikan wanita ini merupakan pendorong yang kuat dalam perkembangan suatu bangsa. Mengapa bisa disebut demikian? Hal tersebut merujuk mengenai bagaimana seorang wanita yang berkodrat akan melahirkan seorang anak yang menjadi generasi muda penerus bangsa. Ketika seorang wanita memiliki pendidikan yang baik maka dia akan mampu memberikan pendidikan yang baik pula terhadap anaknya. Seperti yang dijelaskan diatas, gender seorang wanita menjadikan dirinya sebagai sekolah pertama bagi anak cucu bangsa. Sayangnya dibeberapa daerah Indonesia kaum wanita masih kurang memahami betapa pentingnya pendidikan ini.
“Seperti yang disebutkan pada paragraf sebelumnya wanita haruslah berpendidikan karena sebagai tonggak awal bagaimana bangsa akan berpola pikir. Dewasa ini, tingkat pemahaman wanita Indonesia akan pendidikan telah meningkat walaupun masih ada dibeberapa daerah terpencil masih menganggap pendidikan tak seberapa penting dalam kehidupan mereka. Pendidikan di Indonesia pada dasarnya terbagi menjadi tiga jenis, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Dari ketiga jenis pendidikan tersebut wanita mendapatkan kesetaraan dengan lelaki dalam berpendidikan.
“Jika dilihat dengan keadaan yang sedang terjadi di Indonesia, dari ketiga jenis pendidikan yang ada Indonesia, titik berat pendidikan lebih kepada jenis formal dan informal. Hal itu dapat dirasakan dengan adanya penurunan rasa berbangsa dan bernegara pada generasi muda. Bagaiman generasi pemuda saat ini lebih condong pada budaya barat. Dan hal tersebut disebabkan banyaknya budaya yang tak terfilter sekaligus pendidikan nonformal pada generasi muda yang masih sangat kurang. Seperti yang sebelumnya dijelaskan bahwa pendidikan awal seorang anak adalah kepada ibunya. Hal ini menunjukan bahwa meski pemahaman pendidikan wanita meningkat namun pemahaman pendidikan nonformal bagi wanita kurang terpenuhi, hingga pada akhirnya menyebabkan lunturnya kepribadian bagsa Indonesia seperti moral, akhlak dan nilai Indonesia pada generasi muda.
“Penurunan kepribadian bangsa ini jika terus dibiarkan maka akan memiliki dampak yang besar bagi bangsa. Dampak tersebut juga sangat memengaruhi banyak aspek, bahkan pada aspek kualitas manusia kedepannya. Penurunan kualitas ini juga dapat menghambat bagi wanita Indonesia dalam berperan sebagaimana semestinya. Hal terburuk adalah penurunan kualitas ini akan menjadikan wanita Indonesia kehilangan sosok kartini pada diri mereka. Oleh sebab itu, pendidikan yang sedari dulu telah diperjuangkan haruslah dijaga dan haruslah berjalan dengan seimbang antara pendidikan formal, nonformal dan informal. Hal itu merupakan salah sumber para kartini muda dalam memajukan bangsa. Seperti itulah pentinganya pendidikan bagi wanita, sehingga membuat pendidikan seperti perisai jubah dalam berperang mengarungi hidup.
Semakin banyak dan seimbangnya pendidikan yang didapat seorang wanita maka semakin banyak dan seimbangnya pula bangsa dalam melindungi dirinya. Begitu banyak sekali peran wanita bagi bangsa ini, sehingga sangat disayangkan jika peran wanita Indonesia tak disalurkan, ditempatkan dan digunakan pada waktu dan tempat yang tepat.
Hidup Kartini muda Indonesia !!!!
NUR AZMI JAMIL.(Tim).
Aktivis keperempuanan Pustaka Emas Kota Pasuruan dan anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Matematika Unesa 2016.