Peserta Kompetisi Inovasi TTG Harapkan Perhatian dari Pemkot Metro
Editor_JUNAIDI
Bandar Lampung -Teknologi Tepat Guna (TTG) adalah teknologi yang dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Adapun manfaat pertama dari adanya teknologi tepat guna adalah bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan adanya teknologi tepat guna, masyarakat bisa mendapatkan kebutuhannya dengan cepat. Seperti teknologi pompa air yang membantu manusia mendapatkan air bersih yang berasal dari tanah dengan cepat dan mudah.
Terkait hal tersebut, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Transmigrasi (DPMDT) Provinsi Lampung menggelar kegiatan Seleksi Final Lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna (TTG), TTG Unggulan dan Posyantek Desa Berprestasi Tingkat Provinsi Lampung Tahun 2022.
Kegiatan tersebut diikuti seluruh Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung yang diadakan di Hotel Emersia Bandar Lampung, Rabu (22/06/2022).
Salah satu Kota yang ikut kompetisi dalam kegiatan tersebut adalah Kota Metro. Ada 2 (dua) peserta perwakilan dari Kota Metro yang memaparkan menunjukkan hasil dari inovasi TTG di depan Dewan Juri.
Kompresor Modifikasi Serbaguna dan Pembuatan Briket Berbahan Tongkol Jagung dengan Perekat Limbah Singkong.
Murdiyanto, warga Kelurahan Yosodadi, Metro Timur, kepada Awak Media ini memaparkan inovasi Kompresor Modifikasi Serbaguna diciptakannya didasari dari banyaknya masyarakat yang mengalami kendala-kendala dalam perumahan maupun perkantoran yaitu saluran kamar mandi yang mampet, saluran pembuangan air, WC, Wastafel dan lain sebagainya.
“Karena mungkin masyarakat tidak bisa mengatasi, maka kami mempunyai inisiatif membuat alat yang bisa mengatasi masalah tersebut. Yaitu dengan membuat inovasi sebuah Kompesor yang diberikan stop kran sebesar 3/4 inci dan mempercepat piston pada motor listrik. Jadi, motto kita adalah bisa mengatasi mampet dalam kurun waktu 1 menit,” kata Murdiyanto. Rabu (22/06/2022) di Hotel Emersia, Bandar Lampung.
Lanjutnya, adapun biaya yang dikeluarkan dalam melakukan inovasi TTG ini sebesar Rp. 1.500.000, dengan rincian; Kompresor Rp. 900.000, Stop Kran Rp. 250.000, membayar Tukang Las dan lain sebagainya.
“Sebenarnya alat ini serba guna bisa dibawa ke mana-mana, digunakan di mana saja terutama perumahan-perumahan. Kedepannya akan kita publikasikan dan akan kita jual ke pasaran (masyarakat umum),” ucapnya.
Diungkapkannya, memang untuk saat ini alat yang diciptakannya masih digunakan sendiri di dalam pekerjaannya sebagai petugas penyedot tinja.
” Yang kita lihat di lapangan bukan hanya septi tank saja yang mampet tapi banyak kendala-kendala saluran air yang mampet. Jadi inovasi ini sangat membantu. Sekarang ini saya masih pasarkan di Grup-grup media sosial saja,” tutup Mardiyanto.
Ditempat yang sama, Latifah dan Tiur Pebriyanti, menuturkan, untuk 1 Kg Tongkol Jagung bisa membuat 15-18 buat Briket.
Dijelaskan Tiur, bahwa yang melatarbelakangi mereka membuat inovasi TTG ini karena banyaknya limbah tongkol jagung di sekitar mereka.
“Jadi, lingkungan sekitar kita banyak persawahan. Pasca panen, biasanya limbah jagung dibakar atau dibuang. Itukan bisa menyebabkan pencemaran udara,” ucap Tiur yang didampingi Latifah.
Kemudian mereka berinovasi untuk memanfaatkan limbah tongkol jagung itu menjadi bahan bakar alternatif menggantikan bahan bakar minyak bumi yang semakin lama semakin habis.
“Untuk sementara ini karena kami mendapatkan limbah itu secara gratis dari para petani, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak banyak, mungkin sebesar Rp. 500.000 untuk pembuatan inovasi briket ini,” imbuh Latifah.
Lanjut Latifah, proses pembuatannya bisa memakan waktu 3 hari karena harus menjemur tongkol jagungnya terlebih dahulu supaya kering sehingga proses karbonisasi nanti tidak membutuhkan waktu yang lama untuk proses penanganannya menjadi briket. Kemudian pada waktu penjemurannya, membutuhkan waktu 1 hari.
” Kalau untuk briket yang kami inovasikan ini, Alhamdulillah sudah digunakan/dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar terutama tetangga-tetangga kami, kemudian ada beberapa pedagang sate, pedagang kerak telor yang ada di sekitar kami,” ungkap Latifah saat ditanya apakah briket yang diinovasikan tersebut sudah ada yang menggunakannya.
“Karena kami belum melakukan pemasaran secara lanjut, jadi kami memberikan briket tersebut secara gratis dan sudah digunakan sejak bulan Pebruari 2022,” kata Latifah.
Latifah juga mengatakan, kalau untuk komesialnya mereka juga punya niat memasarkannya di pasaran karena limbah tersebut akan menjadi sampah yang menumpuk bila tidak dimanfaatkan.
“Harapan kami kepada Pemkot Kota Metro, mendukung apa yang telah kami lakukan, kemudian mendukung gerakan kami untuk mengurangi limbah pertanian sehingga dapat dimanfaatkan dan diolah dengan baik,” ucap Tiur dan Latifah.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Metro, Qomaruddin yang mendampingi peserta inovasi TTG dari Kota Metro, saat ditemui Awak media menjelaskan bahwa Kota Metro baru pertama sekali mengikuti kegiatan ini.
Dari seleksi yang dilakukan Bapedda Kota Metro, ada 4 yang diseleksi lalu diserahkan ke kami (Disnakertrans-red) untuk memfasilitasi 2 peserta dalam kompetisi di tingkat Provinsi.
” Baru tahun ini kita, Kota Metro mengikuti kompetisi inovasi TTG ini. Jadi, alat-alat dari peserta kita serba minimalis dan sederhana. Meskipun demikian, mudah-mudahan inovasi dari Kota Metro dapat menjadi peserta untuk tingkat Nasional,” tutur Qomaruddin di Hotel Emersia, Rabu (22/06/2022).
Ia berharap, kegiatan yang sangat sangat baik dan menarik ini dapat diikuti oleh masyarakat Kota Metro dengan inovasi-inovasi yang lebih tepat guna.
Menurutnya, kegiatan ini juga merupakan sebagai perangsang untuk yang lainnya menampilkan inovasi-inovasi, karena saat ini kita harus berfikir seperti itu.
” Kita di Disnakertrans mempunyai bidang pemberdayaan masyarakat. Salah satu fungsinya mengembangkan potensi yang ada di Kota Metro,” pungkasnya menjawab pertanyaan kaitan Disnakertrans dengan acara inovasi TTG tersebut.
Ada beberapa aspek dalam penilaian. Terkait inovasi ada 3 hal. Makalah yang dilihat, alat/produknya, persentasi cara dia menyampaikan pemaparan apakah bisa menjelaskan terkait proses kerja alat tersebut dan inovasinya dimana, akan kelihatan disitu.
Hal tersebut diutarakan salah seorang Juri, Ibnu Walidin kepada awak media yang mewawancarinya.
Katanya, klau bicara tepat guna untuk masyarakat di pedesaan berarti yang pertama, dia harus menyelesaikan masalah, kemudian dengan mengunakan bahan atau alat-alat yang lokal atau disekitarnya (tidak sulit, tidak susah) yang akhirnya barang yang murah.
“Jadi bagaimana mengatasi masalah dengan solusi yang sederhana. Kalau bisa seperti itu. Dan kemudian kalaupun dia menjadi alat TTG tidak sulit untuk dioperasikan tanpa harus ada orang yang ahli, cukup masyarakat bisa pun bisa mengoperasikan, itu sudah tergolong teknologi tepat guna,” ungkap Ibnu.
Dijelaskannya, ada 14 TTG yang ikutan kompetisi dari beberapa Kabupaten/Kota.
Mesin untuk padi, pembuatan beras premium, pembuatan pakan ternak, suling minyak sereh, alat bantu dengar, kompresor penyumbat saluran, briket dari limbah tongkol jagung, alat untuk pemadam kebakaran dan banyak lagi inovasi TTG yang sangat menarik.
Kegiatan tersebut dinilainya oleh Dewan Juri yang terdiri dari, Ibnu Walidin, Marwoto dan Tri dari Kementerian Desa. (**)