Surat Terbuka Kepada Kasi Penkum Kejati Babel Bapak Roy Arlan
LINTAS GROUP(BABEL): Saya jadi wartawan sudah belasan tahun bahkan sebelum anda bertugas menjabat sebagai Kasi Penkum Kejati Babel dan sudah beberapa kali penggantian Kajati Babel saya sudah ditugaskan liputan di Kejati Babel waktu itu saya Kabiro majalah Forum Keadilan, dan saat itu sahabat Romli saya masih baru belajar jadi wartawan yang mengantarkan majalah Forum Keadilan ke Dinas-dinas yang di kabupaten Bangka. Dan sayalah yang merekomendasikan Sahabat Romli jadi wartawan kepada Kaperwil Babel Majalah Forum keadilan alm. Sahabat Joni Arsyah.
Saya masih ingat saat itu Wartawan meliputi hanya beberapa orang saja ada mang Herman, alm. Ngadianto, Ryan, Reza, Tri, Bambang, Yudi, Doni Fahrum dan beberapa wartawan televisi, tanpa Forwaka Babel saat itu kami kompak-kompak saja dan kami melakukan tugas kami sebagai wartawan saat itu berjalan apa adanya bukan dengan ada apanya.
Justru saat terbentuk Forwaka Babel kekompakan kawan-kawan wartawan yang ngepos di Kejati Babel jadi berubah pemikiran dan tidak se-visi untuk menjaga Marwah korps Adhyaksa.
Teman-teman pun tahu pak Roy, saya pernah terpilih secara demokratis menjadi Ketua Forwaka Babel semasa Kajatinya bapak Agus Riswanto, namun seiring waktu Forwaka saya bubarkan lantaran saya melihat ada oknum anggota yang lebih mengedepankan kepentingan terselubung bahkan saat itu seringkali anggota Forwaka Babel ke dinas-dinas bawa nama Forwaka bukan mengedepankan medianya hanya untuk sekedar gagah-gagahan bahkan ada minta proyek ke dinas-dinas.. saya rasa tidak perlu saya ungkapkan apa yang terjadi saat itu.
Sampai akhirnya kami wartawan kembali ke seperti semula tanpa membawa nama Forwaka Babel dan, semua berjalan baik-baik dan kompak-kompak saja karena tanpa membawa kepentingan pribadi maupun kelompok.
Nah, ketika pak Roy yang kembali menginisiatifkan membentuk Forwaka Babel apa yang terjadi ? Justru anda yang tidak bisa mengayomi kawan-kawan wartawan dan menyamakan persepsi visi dan misi .. Kami yang sudah lama atau berkulat sebagai Pewarta yang ngepost di korps Adhyaksa tidak pernah anda ajak untuk duduk satu meja agar wartawan di Kejati seperti keluarga ? Justru sebaliknya pak Roy memelihara ketegangan dan konflik antar kami.
Ditambah lagi banyaknya pendatang baru yang tidak tahu diri merasa hebat dan meremehkan teman-teman wartawan kami sepertinya kami dibuat orang baru dilingkungan korps Adhyaksa, padahal sebelumnya mereka bergabung di wartawan Kejaksaan kami sudah la bertugas di lingkungan Kejati Babel.
Bahkan dengan bangganya anggota Forwaka sempat yang mendampingi kontraktor ingin mengkriminalisasi saya.
Roy, saya tidak iri dengan teman wartawan di Forwaka dan saya pun tidak minat menjadi untuk menjadi ketuanya dan bergabung di Forwaka apalagi dipimpin oleh ketua Forwaka Babel yang sudah menjadi Terdakwa sebentar lagi calon Napi.
Sebagai Kasipenkum sudah seyogyanya mengevaluasi diri organisasi yang dibina oleh anda agar bisa menjaga nama baik korps Adhyaksa dan bisa mengayomi wartawan yang ada di pos Kejati Babel, Forwaka dibentuk bukan untuk menakut-nakuti narasumber atau masyarakat dan bukan untuk me-86-kan atau berganing position dengan membawa nama wartawan Kejaksaan.
Sebagai mitra saya berharap Anda pun bijak dalam menyikapi permasalahan ini tidak semata-mata seolah-olah kita sama-sama benar tapi mari kita saling introspeksi diri, kita saling menghargai dan saling mengayomi.
Demikian saya sampaikan, mohon maaf bila surat terbuka saat ini kurang berkenan dan kepada teman-teman seprofesi mohon maaf bila ada kata-kata saya yang salah.. selamat pagi selamat beraktivitas.(Tim)
Salam Hormat,
Rikky Fermana